Sejak zaman dahulu, sudah ada banyak metode untuk menggali marmer dari tambang. Namun, perkembangan yang paling substansial dari teknik penambangan hanya terjadi selama seratus lima puluh tahun terakhir. Biasanya, teknik penambangan marmer terdiri dari beberapa fase. Fase pemotongan adalah fase dimana “dinding galian” marmer (bagian dari gunung yang bisa menghasilkan bongkah marmer) secara fisik terpisah dari permukaan gunung. Sebelum hal itu dapat dilakukan, permukaan harus dipersiapkan secara memadai untuk mengurangi limbah seminimal mungkin dan membiarkan pengembangan tambang (yang harus mengikuti skema yang tepat sesuai dengan tipologi tambang) berlanjut secara teratur. Pembatasan area potong yang tepat dilakukan sesuai dengan ketebalan gunung, arah pemotongan, distribusi retak alami dari batu, dan output blok yang bisa didapat dari gunung, serta kontinuitas warna dan pola marmer.
Pada selama zaman Romawi, ketika eksploitasi tambang Carrara dimulai, pemotongan dilakukan dengan metode manual yang menyiratkan pemisahan dinding bangku marmer dari gunung melalui fraktur. Teknik tertua adalah “tagliata”: para penambang menciptakan retakan di batu dengan menggunakan alat pahat tepat di mana mereka menemukan retakan atau celah yang sudah ada, untuk memperoleh garis potong berbentuk V. Kemudian celah itu dibuka dengan paksa dengan lempengan besi, untuk mendapatkan celah yang dalam yang menyebabkan pemisahan lempengan gunung marmer. Teknik lain yang lebih kasar, melibatkan penggunaan potongan kayu: potongan kayu ditempatkan di garis pemotongan dan kemudian dibasahi dengan air. Kayu yang memuat membuat celah pada permukaan marmer membengkak, yang kemudian memecahkan marmer dan memisahkannya dari lempeng gunung.
Teknik manual seperti di atas digunakan selama berabad-abad sampai akhirnya bubuk mesiu ditemukan. Penggalian tambang dengan bubuk mesiu yang digunakan secara masif hingga awal abad ke-20, memungkinkan penggalian dalam jumlah yang sangat besar dalam waktu yang relatif singkat. Teknik “varata” (nama yang digunakan untuk pemisahan lempeng gunung besar dengan menggunakan bom mesiu), yang telah digunakan dari abad ke-19, merupakan teknik penggalian yang sangat spektakuler untuk diceritakan karena besarnya galian yang bisa dicapai.
Untuk menyiapkan varata dibuat beberapa lubang dalam pada marmer. Di dalam lubang itu, bom yang terdiri dari muatan ledakan yang terhubung ke detonator disiapkan. Bagian lubang yang tetap kosong (“borraggio”) diisi dengan pasir atau batu giling, untuk menahan dampak ledakan. Sebuah sinyal terompet memperingatkan para penggali untuk berlindung, kemudian bom itu dinyalakan. Ledakannya membuat lempeng gunung tergelincir karena terpisah dari gunungnya, yang memungkinkan para penggali untuk membaginya menjadi balok-balok marmer.
Masalah yang ada pada teknik varata adalah pemborosan material akibat ledakan yang menghancurkan gunung. Para penambang kemudian mulai melakukan ledakan yang lebih terkontrol, dengan muatan ditempatkan untuk mendapatkan pemisahan yang lebih tepat dari blok marmer (misalnya melalui penggunaan muatan linier). Bahan peledak masih digunakan saat ini, ketika diperlukan untuk membuat area penggalian aman dengan menghilangkan beberapa keadaan tambang yang dapat menimbulkan risiko, atau untuk memfasilitasi pemisahan lempeng marmer yang sudah digariskan dengan teknik modern.
Pada abad ke-20, para penambang mulai meninggalkan teknik varata dan memulai uji coba teknik “taglio” (pemotongan). Teknik ini memungkinkan para penggali untuk mendapatkan lempengan marmer yang diuraikan dengan sangat tepat, yang berarti pemborosan material akan sangat rendah. Metode pertama adalah memotong dengan kawat helicoidal: kawat dengan diameter sekitar 5 milimeter yang dijalin dengan kawat baja membentuk heliks. Dalam alur kawat, campuran air dan bahan abrasif dituangkan: kawat, terhubung ke pabrik motor, tegang dan kemudian dilewati (kecepatan pabrik paling inovatif mungkin mencapai empat belas meter per detik) melalui marmer sepanjang garis pemotongan. Penggunaan kawat helicoidal menyebar dengan cepat, juga karena memungkinkan pemotongan dari berbagai jenis, panjang dan arah.
Metode paling modern, serta yang paling populer di tambang saat ini, adalah memotong dengan kawat berlian yang diperkenalkan pada akhir 70-an di tambang Carrara. Prinsipnya sama dengan metode kawat helicoidal, tetapi silinder baja kecil yang disebut “pearl” ditambahkan di dalamnya dan ditutupi dengan lapisan berlian khusus industry. Kombinasi bahan-bahan ini dapat memberikan hasil yang lebih efisien berkat kekerasannya.
Ada juga metode pemotongan lain, meskipun kurang populer, yakni pemotongan berantai yang dilakukan melalui penggunaan mesin yang memiliki rantai bergigi melewati batu. Ada juga pemotong disk yang memotong marmer dengan cakram bergigi dan pemotong jet air yang menggunakan jet air kecepatan tinggi dan tekanan tinggi untuk memotong.
Para penambang kami di Italia menggunakan teknik paling mutakhir untuk menghasilkan slab-slab marmer dengan ketebalan yang persis sama. Oleh karena itu, kualitas ketebalan dan durabilitas marmer kami tak perlu diragukan lagi.
Hubungi kami segera untuk melihat langsung!